Topmanado.com, Manado – Diantara langkanya pelatih yang membidangi khusus alat musik kolintang, Fanni Johanis Gara hingga kini tetap bertahan dan berbagi ilmu alat musik asal Minahasa, Sulawesi Utara ini.
Pria yang sehari-hari dikenal dengan nama panggilan Fanni ini sudah mahir bermain kolintang sejak kelas 4 SD. Keterlibatan dalam kolintang berawal dari orang tua yang pernah menjabat Pendeta sehingga setiap anggota keluarga diharuskan bisa memainkan musik kolintang untuk mengisi puji-pujian di Gereja. Saat masuk SMP sudah menjadi pelatih di grup kolintang SMP Ratahan, Mitra.
Kepiawaian dalam memainkan alat musik kolintang semakin diasah setelah lulus SMA dan tinggal di Salatiga, rumah Petrus Kaseke yang merupakan orang pertama yang membawa musik Kolintang di Pulau Jawa.
Prestasi yang menjadi kenangan tersendiri bagi Fanny adalah saat membawa 218 pemain angklung, 18 group kolintang dan 8 vokalis dalam pree opening Asian Games Festival bukan Agustus tahun lalu. Bangga karena Musik Kolintang bisa mendapat kesempatan untuk tampil dalam even internasional dan bisa disaksikan oleh peserta dari seluruh dunia.
“ Kami sudah membuka show room Kolintang di Jakarta sejak 2009 dan saya melatih 4 sampai 5 sanggar kolintang setiap harinya. Sudah banyak kali saya membawa grup kolintang untuk tampil di dalam negeri maupun di luar negeri, “Jelas Pelatih Kolintang Ternama ini.
“Saya ingin berbuat sesuatu untuk musik Kolintang karena dengan Kolintang saya bisa berkelana kemana-mana. Untuk itulah dengan masuk dalam kepengurusan yang membidangi Litbang dan kajian kreatifitas seni dan budaya Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN Indonesia) ini, saya berusaha memperjuangkan Kolintang untuk masuk ke UNESCO agar musik kolintang bisa diakui dunia sebagai salah satu seni budaya yang berasal dari Indonesia khususnya dari Minahasa, “ Tutup Pria yang dulu pernah bercita-cita jadi pelaut.
(IVON)